Senin, 27 Februari 2017

SEBUNGA, POTRET DESA TRANSMIGRASI DI PERBATASAN MALAYSIA

Posisi Desa Sebunga
Kegiatan pengembangan perdesaan di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia ini berlangsung pada tahun 2014 merupakan kerjasama dengan Kementreian Desa. Pendekatan yang kami gunakan adalah  pendekatan Community Development, dengan melakukan berbagai kajian keilmuan serta melibatkan masyarakat setempat dalam mengambil berbagai keputusannya.
Desa transmigrasi sebunga Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.

Desa Transmigrasi ini memiliki daya tampung 200 KK. Penempatan pertama dilaksanakan pada Bulan Desember tahun 2012 sebanyak 175 KK (TPA 60 KK dan TPS 115 KK),  kemudian penempatan kedua dilaksanakan pada Bulan Maret Tahun 2013 sebanyak 25 KK (TPA 1 KK dan TPS 25 KK)Penempatan transmigran TPA di SP-Sebunga berasal Jawa Barat (Kab. Bandung, Sumedang, Purwakarta dan Bogor) serta dari Jawa Tengah (Kab. Boyolali, Banyumas, Grobogan dan Indramayu). Sedangkan untuk TPS umumnya berasal dari wilayah kecamatan di Kabupaten Sambas dan dari Kota Singkawang.

KONDISI JALAN YANG SULIT DILALUI
Dari faktor lokasi, Desa Sebunga berada di wilayah perbatasan antara Negara Indonesia dan Malaysia, sehingga faktor pertahanan dan keamanan perlu dipertimbangkan dalam penempatan transmigran di lokasi ini. Untuk itulah, sebanyak 17 KK transmigran yang ditempatkan dilokasi Sebunga ini berasal dari kalangan pensiunan TNI dan TNI aktif. Transmigran dari unsur TNI ini keseluruhannya berasal dari TPS Provinsi Kalbar yaitu sebanyak 5 KK dari kabupaten Sambas dan 12 KK dari Kota Singkawang.

Jika dilihat dari usianya,  Desa transmigrasi Sebunga penempatan Desember 2012 (75 KK) sudah masuk kedalam tahap pemantapan (T+2) sedangkan sebagian lagi (25 KK) dalam tingkat penyesuaian (T+1) dengan permasalahan utama adalah adaptasi transmigran yang memiliki latar belakang pendidikan, budaya, dan pengalaman bertani yang sangat variatif masih belum mampu untuk memanfaatkan lahan pekarangan secara optimal.

Desa transmigrasi ini memiliki potensi dan karakteristik ekonomi, sosial budaya yang beragam sehingga dituntut jenis dan perlakuan pembinaan yang berbeda. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki tersebut, diperlukan adanya input-input pembinaan sesuai potensi dan karakteristik lokasi.  Dengan kondisi faktual sebagaimana diungkapkan di atas, diperlukan perencanaan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengembangan masyarakat di desa tersebut.

Jalan menuju perbatasan Malaysia

Pengembangan masyarakat merupakan tantangan besar yang harus dihadapi oleh pelaku dan institusi perencana program pengembangan masyarakat di perdesaan. Adanya kendala terbatasnya kualitas keilmuan, ketrampilan, pengorganisasian dan perencanaan membuat pelaku dan institusi perencana program pengembangan masyarakat di pedesaan masih kurang mampu untuk merumuskan secara konseptual dan strategik perencanaan program pembinaan pengembangan masyarakat perdesaan dengan perspektif Community Development.

Pendekatan pembinaan pengembangan masyarakat perdesaan yang dilakukan selama ini masih kurang mendorong partisipasi masyarakat, akibatnya masyarakat perdesaan lebih banyak menunggu daripada berinisiatif untuk merencanakan kebutuhan mereka sendiri, sehingga membuat masyarakat menjadi pasif dan kurang mampu merumuskan kebutuhan mendasar yang harus mereka penuhi.

Sesuai dengan konsep pengembangan masyarakat seharusnya masyarakat perdesaan terlibat sejak awal perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian sekaligus penikmat hasil program. Dengan demikian peran yang diberikan kepada masyarakat semakin besar, sehingga potensi masyarakat dapat diberdayakan.

Sebagai bagian dari upaya peningkatan kualitas pembinaan pengembangan masyarakat perdesaan yang spesifik lokasi, maka perencanaan merupakan langkah awal yang sangat strategis, dalam upaya mendorong tercapainya tahapan perkembangan dan tingkat kesejahteraan masyarakat desa.

Secara umum, usaha pertanian (on farm) belum dapat dilakukan secara maksimal oleh sebagian besar masyarakat desa, kalaupun terdapat beberapa KK yang mengusahakan lahan pertanian namun sifatnya hanya terbatas untuk kepentingan konsumsi sendiri.
Beberapa faktor penghambat yang menjadikan masyarakat desa tidak optimal dalam memanfatkan lahan untuk kegiatan usaha pertanian adalah karena kurangnya input pembinaan pertanian serta infrastrukltur pendukung yang masih sangat minimal.

Sebagai lokasi permukiman baru di Desa transmigrasi “Sebunga” secara umum masih memiliki berbagai kendala, baik berupa keterbatasan sarana dan prasarana seperti belum adanya saluran listrik PLN, sulitnya mendapatkan air bersih maupun aksesibiltas yang rendah untuk mencapai pusat pertumbuhan yang sudah berkembang.

Beberapa upaya untuk menciptakan kemandirian desa tersebut sampai saat ini belum bisa terwujud meskipun beberapa bantuan berupa program pembinaan, pemberian layanan maupun pemberian paket-paket standar dari kementerian transmigrasi telah dilakukan.
Dengan kondisi faktual di  desa transmigrasi Sebunga sebagaimana diungkapkan di atas, diperlukan suatu pembinaan dengan konsep pendekatan pemberdayaan masyarakat yang terarah dan terpadu serta diimbangi dengan aparatur yang mampu memberikan motivasi kepada masyarakat di permukiman transmigrasi. Pelaksanaan pembinaan dan pengembangan memerlukan perencanaan yang baik.

Untuk itu, sebagai bagian dari upaya pengembangan dea transmigrasi tersebut, maka perencanaan merupakan langkah awal yang sangat strategis, dalam upaya mendorong tercapainya tahapan perkembangan dan tingkat kesejahteraan desa mulai dari tahapan penyesuaian, pemantapan dan pengembangan yang spesifik lokasi.

DISKUSI SAMBIL NGOPI DI WARUNG

DISKUSI DENGAN KEPALA DESA, TNI PERBATASAN DAN TOKOH MASYARAKAT

FASILITAS PERIBADATAN

JALAN PERBATASAN

JALAN PERBATASAN

BATAS NEGARA

KONDISI JALAN DI MALAYSIA

JALAN MENUJU DESA SEBUNGA, MASIH JALAN SETAPAK

LOKASI RUMAH TRANSMIGRAN

FASILITAS PENDIDIKAN

SUASANA BELAJAR DI SEKOLAH PERBATASAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar