Posisi Desa Sebunga |
Kegiatan pengembangan perdesaan di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia ini berlangsung pada tahun 2014 merupakan kerjasama dengan
Kementreian Desa. Pendekatan yang kami gunakan adalah pendekatan Community Development, dengan melakukan berbagai kajian keilmuan serta melibatkan masyarakat
setempat dalam mengambil berbagai keputusannya.
Desa transmigrasi sebunga
Kecamatan Sajingan Besar Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Desa Transmigrasi ini memiliki daya tampung 200 KK. Penempatan pertama dilaksanakan
pada Bulan Desember tahun 2012 sebanyak 175 KK
(TPA 60 KK dan TPS 115 KK), kemudian penempatan
kedua dilaksanakan pada Bulan Maret Tahun 2013 sebanyak 25 KK (TPA 1 KK dan TPS 25 KK). Penempatan transmigran TPA di SP-Sebunga berasal Jawa Barat (Kab.
Bandung, Sumedang, Purwakarta dan Bogor) serta dari Jawa Tengah (Kab. Boyolali, Banyumas, Grobogan dan
Indramayu). Sedangkan untuk TPS umumnya berasal dari wilayah kecamatan di
Kabupaten Sambas dan dari Kota Singkawang.
KONDISI JALAN YANG SULIT DILALUI |
Dari faktor lokasi, Desa Sebunga berada di wilayah perbatasan antara Negara Indonesia dan
Malaysia, sehingga faktor pertahanan dan keamanan perlu dipertimbangkan dalam
penempatan transmigran di lokasi ini. Untuk itulah, sebanyak 17 KK transmigran
yang ditempatkan dilokasi Sebunga ini berasal dari kalangan pensiunan TNI dan
TNI aktif. Transmigran dari unsur TNI ini keseluruhannya berasal dari TPS
Provinsi Kalbar yaitu sebanyak 5 KK dari kabupaten Sambas dan 12 KK dari Kota
Singkawang.
Jika dilihat dari
usianya, Desa transmigrasi Sebunga penempatan Desember 2012 (75 KK) sudah masuk kedalam
tahap pemantapan (T+2) sedangkan sebagian lagi (25 KK) dalam tingkat penyesuaian (T+1) dengan permasalahan utama adalah adaptasi transmigran yang memiliki latar
belakang pendidikan, budaya, dan pengalaman bertani yang sangat variatif masih
belum mampu untuk memanfaatkan lahan pekarangan secara optimal.
Desa transmigrasi ini memiliki
potensi dan karakteristik ekonomi, sosial budaya yang beragam sehingga dituntut
jenis dan perlakuan pembinaan yang berbeda. Untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki tersebut, diperlukan adanya input-input pembinaan sesuai potensi dan
karakteristik lokasi. Dengan kondisi
faktual sebagaimana diungkapkan di atas, diperlukan perencanaan yang tepat
sesuai dengan kebutuhan pengembangan masyarakat di desa tersebut.
Jalan menuju perbatasan Malaysia |
Pengembangan
masyarakat merupakan tantangan besar yang harus dihadapi oleh pelaku dan
institusi perencana program pengembangan masyarakat di perdesaan. Adanya
kendala terbatasnya kualitas keilmuan, ketrampilan, pengorganisasian dan
perencanaan membuat pelaku dan institusi perencana program pengembangan
masyarakat di pedesaan masih kurang mampu untuk merumuskan secara konseptual
dan strategik perencanaan program pembinaan pengembangan masyarakat perdesaan dengan
perspektif Community Development.
Pendekatan pembinaan
pengembangan masyarakat perdesaan yang dilakukan selama ini masih kurang
mendorong partisipasi masyarakat, akibatnya masyarakat perdesaan lebih banyak
menunggu daripada berinisiatif untuk merencanakan kebutuhan mereka sendiri,
sehingga membuat masyarakat menjadi pasif dan kurang mampu merumuskan kebutuhan
mendasar yang harus mereka penuhi.
Sesuai dengan konsep
pengembangan masyarakat seharusnya masyarakat perdesaan terlibat sejak awal
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian sekaligus penikmat hasil program.
Dengan demikian peran yang diberikan kepada masyarakat semakin besar, sehingga
potensi masyarakat dapat diberdayakan.
Sebagai bagian dari
upaya peningkatan kualitas pembinaan pengembangan masyarakat perdesaan yang
spesifik lokasi, maka perencanaan merupakan langkah awal yang sangat strategis,
dalam upaya mendorong tercapainya tahapan perkembangan dan tingkat
kesejahteraan masyarakat desa.
Secara umum, usaha pertanian (on
farm) belum dapat dilakukan secara maksimal oleh sebagian besar masyarakat desa, kalaupun terdapat beberapa KK yang
mengusahakan lahan pertanian namun sifatnya hanya terbatas untuk kepentingan konsumsi sendiri.
Beberapa faktor penghambat yang menjadikan masyarakat desa tidak optimal dalam memanfatkan lahan untuk
kegiatan usaha pertanian adalah karena kurangnya input pembinaan
pertanian serta infrastrukltur pendukung yang masih sangat minimal.
Sebagai lokasi permukiman baru di Desa transmigrasi “Sebunga” secara umum masih memiliki berbagai kendala, baik berupa keterbatasan sarana dan prasarana seperti belum adanya saluran listrik PLN, sulitnya
mendapatkan air bersih maupun aksesibiltas yang
rendah untuk mencapai pusat pertumbuhan yang sudah berkembang.
Beberapa upaya untuk menciptakan kemandirian desa tersebut sampai saat ini belum bisa
terwujud meskipun beberapa bantuan berupa program pembinaan, pemberian layanan maupun pemberian paket-paket standar dari kementerian transmigrasi
telah dilakukan.
Dengan kondisi faktual
di desa transmigrasi Sebunga sebagaimana diungkapkan di
atas, diperlukan suatu pembinaan dengan konsep pendekatan pemberdayaan
masyarakat yang terarah dan terpadu serta diimbangi dengan aparatur yang mampu
memberikan motivasi kepada masyarakat di permukiman transmigrasi. Pelaksanaan
pembinaan dan pengembangan memerlukan
perencanaan yang baik.
Untuk itu, sebagai
bagian dari upaya pengembangan dea transmigrasi tersebut, maka perencanaan
merupakan langkah awal yang sangat strategis, dalam upaya mendorong tercapainya
tahapan perkembangan dan tingkat kesejahteraan desa mulai dari tahapan
penyesuaian, pemantapan dan pengembangan yang spesifik lokasi.
DISKUSI SAMBIL NGOPI DI WARUNG |
DISKUSI DENGAN KEPALA DESA, TNI PERBATASAN DAN TOKOH MASYARAKAT |
FASILITAS PERIBADATAN |
JALAN PERBATASAN |
JALAN PERBATASAN |
BATAS NEGARA |
KONDISI JALAN DI MALAYSIA |
JALAN MENUJU DESA SEBUNGA, MASIH JALAN SETAPAK |
LOKASI RUMAH TRANSMIGRAN |
FASILITAS PENDIDIKAN |
SUASANA BELAJAR DI SEKOLAH PERBATASAN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar